Fakta Kebakaran Maut Kapal Cepat di NTT

JURNALJABAR.CO.ID, Bandung–Terbakarnya kapal penumpang KM Cantika Express 77 pada Senin (24/10) di perairan Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur menelan korban jiwa. Sebanyak 320 penumpang telah dievakuasi Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Kupang.

“Korban yang kami evakuasi terdiri dari 312 orang yang selamat, sedangkan 18 orang meninggal dunia,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Kupang I Putu Sudayana kepada wartawan di Kupang, Rabu (26/10).

Sudayana menuturkan, proses evakuasi telah berlangsung sejak terjadinya peristiwa kebakaran kapal tersebut dan masih terus berlangsung.

Menurutnya pencarian dan penyelamatan akan dilakukan selama tujuh hari sesuai dengan prosedur aturan yang ada.

“Dinamika yang terjadi di lapangan akan kami evaluasi setiap hari bersama tim SAR gabungan baik dari BPBD NTT, TNI-Polri, termasuk nelayan,” lanjutnya.

Terkait area pencarian dan penyelamatan korban, tidak akan sama setiap harinya tergantung dari arah angin maupun arah arus laut.

Berikut fakta-fakta kasus kebakaran tersebut:

Jumlah Penumpang Berbeda

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas pelabuhan (KSOP) Tenau Kupang menyatakan pemeriksaan terhadap jumlah penumpang pada kapal tersebut merupakan tugas dari pihak operator kapal.

“Tugas kami (KSOP) menerima laporan dari operator. Kami tidak menjadi cecker (pemeriksa) karena itu dilakukan petugas dari operator,” kata Perwakilan KSOP Tenau Kupang Toni kepada wartawan di Kupang. Dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan sebelum kapal tersebut diberangkatkan pihaknya menerima laporan dari operator melalui sistem inaportnet terkait manifest penumpang sebanyak 176 orang.

Namun fakta yang ada di lapangan mengatakan, jumlah korban yang ditemukan melebihi data jumlah penumpang yang ada dalam manifest yang dilaporkan ke KSOP Tenau Kupang.

Menurut Toni, jumlah penumpang kapal yang melebihi manifest itu tidak diketahui pihak KSOP Kupang karena pemeriksaan dilakukan oleh petugas dari pihak operator kapal.

Sebagai informasi, Tono menegaskan jika KSOP hanya bertugas memeriksa aspek keselamatan dan keamanan kapal untuk mencegah hal seperti adanya penumpukan penumpang yang masuk dari terminal ke kapal.

“Kami tidak melakukan cecker karena itu bukan tugas kami lagi untuk melakukan ceck di depan kapal. Ada petugas dari operator,” jelas Toni.

Tiga Jenazah Diidentifikasi

Tim DVI Biddokes Polda Nusa Tenggara Timur berhasil mengidentifikasi tiga jenazah korban kapal Cantika Express 77 yang ditemukan oleh tim SAR gabungan pada Selasa (25/10).

“Tiga jenazah yang tiba semalam tiba, sudah kami identifikasi dan sudah diserahkan ke keluarga, ” ujar Kepala Sub Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda NTT AKBP Eddy Syaputra Hasibuan di Kupang.

Eddy mengungkapkan dengan teridentifikasinya tiga jenazah tersebut maka kini 17 jenazah yang diserahkan ke tim DVI sudah selesai diidentifikasi semua.

Tiga jenazah yang berhasil diidentifikasi ini antara lain adalah Juwita Obije seorang anak berusia dua tahun, Asnat Sali perempuan berusia 52 tahun dan Imanuel Mauta 55 tahun.

Eddy menambahkan dugaan sejumlah korban yang meninggal karena mengalami susah nafas saat kebakaran terjadi, dan terlalu lama berada di dalam air.

Detik-Detik sebelum Kapal Hangus Terbakar

Menurut Matius Asamau warga Bukapiting yang selamat dari peristiwa tersebut, terdengar bunyi letupan sebelum terjadinya kebakaran. Sehingga Matius menduga telah terjadi ledakan sebuah kompor, karena berasal dari bagian belakang.

Matius menceritakan, saat itu dia dapat tempat duduk di bagian kanan ruang B. “Waktu itu saya bantu selamatkan semua baru terakhir saya keluar. Ruang B tidak terbakar, yang terbakar kalo tidak salah di ruang C dan VIP,” jelasnya.

Matius juga sempat menyelamatkan seorang bayi yang ibunya pingsan. Saat diselamatkan, kondisi bayi sudah mengeluarkan busa, namun Matius merasa bayi malang ini masih bernapas, dia pun memompa dada sebanyak satu kali untuk menyelamatkannya dan bayi itu langsung muntah lalu sadar.

Empat jam terdampar dengan kondisi api semakin membesar membakar kapal, Matius bersama penumpang lainnya memutuskan untuk melompat ke laut demi menyelamatkan diri, sembari menunggu pertolongan.

Matias Asamau juga menyesali fitur-fitur kapal yang tidak berfungsi, seperti alarm yang tidak berbunyi saat terjadi kebakaran. Sehingga wajar ada korban yang terbakar saat sedang tertidur.

 

“Saat ada asap atau mulai muncul api, dari kapal tidak ada tanda adanya kebakaran. Sehingga yang ada kami secara pribadi menyelamatkan diri masing-masing. Saya bertanggungjawab terhadap pernyataan ini jika ada orang kapal yang komplain,” ungkapnya.

Korban lain bernama Novita Djo Lobo yang mendapatkan tempat duduk di bagian belakang menceritakan, saat kebakaran terjadi bapaknya yang pertama melihat sehingga diberitahukan untuk tidak boleh melompat ke laut, dengan alasan kapal masih menyisiri jalur laut Alor, bukan ke pesisir.

“Padahal kita tidak terlalu jauh dari pesisir. Tapi karena orang-orang sudah berdesakan untuk menyelamatkan diri dari dalam kapal, asap juga sudah banyak, sehingga saling dorong dan kita langsung nekat lompat ke laut sudah,” katanya.

Menurut Novita Djo Lobo, saat melompat ke laut dia dan ayahnya langsung berpisah. Namun tidak berselang lama, mereka kembali bertemu namun tidak begitu lama karena gelombang makin besar, Novita Djo Lobo dan sang ayah pun terpisah.

Kapal Terbakar Diduga akibat Perbaikan AC

Kepolisian masih menyelidiki penyebab kebakaran kapal tersebut. Dugaan sementara api dipicu perbaikan pendingin ruangan atau AC.

“Kapal tersebut mengalami kebakaran, berdasarkan informasi sementara, ketika itu awaknya akan memperbaiki AC, kemudian terjadi kebakaran,” ungkap Kapolda NTT Irjen Pol Johny Asadoma saat menggelar konferensi pers di Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Selasa (25/10).

Menurutnya, kapal cepat yang berbahan dasar fiber adalah penyebab api sangat cepat membesar. “Karena terbuat dari fiber ini menambah cepatnya api menjalar dan meluluhlantahkan kapal tersebut,” kata Johny Asadoma.

Polda NTT sebelumnya membentuk tim khusus yang dibentuk dari Direktorat Polair (Ditpolair) dan Direktorat Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda NTT, untuk mengusut kebakaran kapal cepat Cantika 77.

 

“Kami membentuk tim khusus untuk melakukan investigasi terhadap sebab-sebab kebakaran. Tim akan melakukan penyelidikan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dan penyebab kebakaran. Ini semua akan diselidiki tim khusus, memang data masih simpang siur, tapi (ada) data yang kami pegang sampai hari ini,” ujarnya.

Sementara Polda NTT mengerahkan tiga kapal untuk membantu tim SAR melakukan pencarian korban. “Polri akan fokus melakukan pencarian, memberikan pertolongan, memberikan bantuan kepada mereka yang selamat dan melaksanakan identifikasi terhadap jenazah yang sudah ada RSB Titus Uly Kupang,” pungkas Johny.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *