JURNALJABAR.CO.ID, Bandung–Tahun 2010 disebut-sebut sebagai awal pertumbuhan digitalisasi, yang ditandai dengan munculnya ride hailing apps atau aplikasi transportasi online. Dengan demikian, sudah lebih dari satu dekade Indonesia berproses untuk mewujudkan transformasi digital.
Pengamat ekonomi digital Bhima Yudhistira memaparkan tren digital dalam hampir 12 tahun ini. Setelah masa kejayaan transportasi online, tahun 2011 dimeriahkan dengan munculnya e-commerce Business-to-Consumer (B2C) dan Consumer-to-Consumer (C2C) di Indonesia.
Inovasi berlanjut ke tahun berikutnya, yakni 2012, dengan dihadirkannya Online Travel Agent (OTA) dan aplikasi layanan logistik. Kemudian di tahun 2018, mulai hadir sejumlah payment apps dan fintech Peer-to-Peer (P2P). Selama periode 2012-2019, sektor-sektor tersebut tumbuh menjadi lebih pesat lagi.
“Sementara itu, muncul tren edutech dan healthtech di tahun 2020 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di masa pandemi,” kata Bhima dalam sebuah acara diskusi terbatas, Kamis (27/10).
Bhima menambahkan bahwa digitalisasi mengalami percepatan saat pandemi di mana masyarakat sebagai konsumen terpaksa melakukan transaksi jual beli barang secara digital. Adanya perubahan pola konsumsi ini membuat UKM mau tidak mau mempercepat adaptasi digital.
Berdasarkan data dari Indonesia E-Commerce Association (idEA) menunjukkan bahwa UKM yang tergabung ke dalam ekosistem digital sudah mencapai 13,7 juta pelaku atau sekitar 21 persen dari total UKM hingga Mei 2021. Kata Bhima, banyak UKM yang merasa harus berkejaran dengan perkembangan digital.
Lantas, ke mana arah transformasi digital?
Menurut Bhima, dengan percepatan adaptasi digital yang dilakukan UKM, mereka kemudian membutuhkan pula i-supplier dan membeli barang melalui platform digital. Fasilitas memasok barang secara digital ini pun akan membantu UKM di desa-desa untuk menjangkau supplier besar.
“Jadi kalau kita perkirakan tahun 2022 ke depannya tren e-commerce yang akan booming itu justru e-commerce yang menjadi supporting dari bisnis domestik, sifatnya Business-to-Business (B2B),” tambah Bhima.
Bhima juga menyebutnya sebagai integrated solutions for small medium enterprise. “Supplier-nya ada, transaksi keuangannya juga difasilitasi, pembukuannya ada, itu komplit dalam 1 integrasi.”
Selain itu, Bhima memperkirakan ada trend lain yang akan muncul di masa depan, yaitu Decentralized Finance (De-Fi), cloud accounting, properti teknologi (proptech), dan asuransi teknologi (insurtech).