Begini Kisah Penjual Kopi di Pesisir Pantai Pangandaran

PANGANDARAN, JURNALJABAR.CO.ID – Memasuki dua pekan menjelang bulan suci ramadhan pantai Pangandaran terpantau ramai pengunjung dari luar kota maupun asli warga Pangandaran.

Pelaku usaha asal warga Pangandaran tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari rezeki seperti Madlasimin (60) penjual kopi yang beralamat di Dusun Bojongkarekes, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran.

Madlasimin tinggal dirumah sederhana bersama istri, Setiap hari Madlasimin dan istri Saminem (60) berjualan kopi dipinggir pantai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Madlasimin tidak mempunyai kegiatan apa-apa selain berjualan kopi bersama istrinya di pesisir pantai Pangandaran.

BACA JUGA: Pemda Pangandaran akan Buat Struktur Tim Percepatan Penurunan Stunting

Berangkat dari rumah pukul 05:00 pulang tak menentu kadang larut malam, Madlasimin dan istri berkeliling di pesisir pantai sambil berjualan kopi, Penghasilan yang di dapat pun tidak menentu kadang pulang tidak membawa uang apalagi dengan kondisi Pangandaran saat pandemi.

“Pas hari libur atau rame pengunjung saja penghasilan paling Rp 50.000 itu juga belum dipotong untuk modal Namun saya selalu bersyukur dengan apa yang saya dapatkan,” kata Madlasimin saat di wawancarai.

“Alhamdulillh kondisi pangandaran saat ini cukup ramai mudah mudahan hari ini pulang bisa membawa uang lanjut dia,” tambahnya.

Hasil pernikahan dengan Saminem, Madlasimin dikaruniai satu anak namun anak satu-satunya itu tinggal bersama keluarga istrinya di Jogjakarta, sedangkan Madlasimin tinggal berdua dengan istri dirumah.

Sejauh ini, Madlasimin mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apa-apa dari Pemerintah.

“Padahal pengajuan sudah saya tempuh untuk memenuhi persyaratanya dari mulai mengumpulkan KTP/KK bahkan tanda tangan supaya mendapatkan bansos dari pemerintah,” ujarnya

Namum sampai sekarang belum pernah mendapatkan bansos apa apa dari pemerintah apapun itu termasuk kartu Indonesia sehat (KIS). Memasuki usia yang sudah tua, Madlasimin dituntut untuk sehat.

“Karena kalau saya sakit gimana dengan kebutuhan sehari-hari dari mana biaya pengobatan sedangkan penghasilan saya tidak menentu,” ungkapnya.

“Saya berharap kepada pemerintah supaya bisa mendapatkan Kartu Indonesia Sehat menimbang dengan usia saya sudah tua dan saya sering sakit,” pungkasnya. (Bill)

BACA JUGA: Pengawasan di Wilayah Pantai sepanjang 93 KM Belum Maksimal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *