Bapak dari tiga orang anak ini juga menerangkan bahwa SMA Ksatria Nusantara memiliki empat misi penting.
1. Menyiapkan kader pemimpin bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menyiapkan kader pemimpin bangsa yang berkualitas, berkarakter, dan berbudaya serta memiliki kesetiaan terhadap NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
3. Mengembangkan sikap disiplin, ketaatan, kesabaran, kepatuhan, dan kepemimpinan melalui kegiatan keagamaan, organisasi siswa, ekstakulikuler maupun kegiatan lain yang berkarakter budaya bangsa.
4. Menyiapkan kader yang mampu berkompetisi dalam lingkup nasional maupun internasional secara sportif dalam berbagai bidang dan kesempatan dengan mengedepankan aspek kebangsaan.
Pria yang pernah menjadi santri pada Pesantren Darussalam Ciamis ini menegaskan bahwa SMA Ksatria Nusantara menerapkan pendidikan Pancasila secara ketat dalam berbagai kegiatan, selain para siswa wajib melapalkan, mereka juga harus bisa mengamalkan setiap silanya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengamalan sila pertama tercermin dalam keshalehan pribadi menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Sila kedua tercermin dalam keshalehan sosial yang menunjukan sikap baik terhadap sesame, seperti menghormati orang lain baik yang seagama atau yang berbeda agama, sesuku atau berbeda suku, menghargai pendapat orang lain, berani mengakui kesalahan, dan mau berbagi.
Sementara pengamalan sila ketiga, para siswa harus bisa mengembangkan nilai-nilai persatuan dan cinta tanah air, Hubbul Wathon Minal Iman, yang tercermin dalam jiwa korsa setiap siswa, membiasakan bertabayyun dalam menerima informasi yang belum jelas kebenaranya, dan menggunakan Bahasa Indonesia dalam keseharian.
Pengamalan sila keempat tercermin dalam setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan musyawarah atau kesepakatn bersama dan sila kelima tercermin dalam sikap saling menolong, menghormati hak-hak orang lainyang seagama atau berbeda agama, sesuku atau berbeda suku, dan tidak membeda-bedakan teman dengan prinsip berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
Jebolan IAID Darussalam jurusan Hukum Islam ini juga menyampaikan bahwa kurikulum pondok pesantren yang diajarkan adalah pelajaran kitab kuning yang bertujuan untuk menambah pemahaman agama bagi para siswa sehingga mereka mampu memahami Al Quran secara tekstual maupun kontekstual dengan kajian-kajian imu tafsir.
Pelajaran agama yang diberikan diantaranya seperti ilmu Ulumul Quran, Ulumul Hadist, Fiqih, Usul Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Nahwu dan tata bahasa sehingga mereka tidak akan kagetan dengan berbagai ikhtilaf atau perbedan-perbedaan yang ada dalam intern agamanya atau dengan yang berbeda agama.
“Dengan sistem pendidikan seperti ini, diharapkan siswa-siswi kami tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang baik,” kata putra sulung Alm. KH.Drs.Masruh Haeruman.
BACA JUGA : Camat Sidareja, Cilacap, Diduga Lakukan Penggiringan Opini Politik Dalam Pilkades Sudagaran